Era Disrupsi dan Pengaruhnya terhadap Perkembangan Hadis di Media Sosial
Perkembangan teknologi dan informasi yang sangat cepat sehingga tidak bisa dibendung dan sulit dikendalikan. Kehadiran internet dan media sosial mampu memberikan fasilitas dan respon yang sangat cepat dan siap saji. Kondisi yang demikian juga berpengaruh terhadap perkembangan hadis, sekarang ini banyak dijumpai materi-materi tentang hadis bertebaran di media sosial, ada yang berbentuk aplikasi, meme dan audiovisual.Para pengguna media sosial dengan bekal smartphone, gadget dan kuota internet serta perangkat lainnya yang bisa digunakan untuk mengakses internet bisa mendapatkan informasi terkait dengan al-Qur’an, hadis, fikih, akidah, akhlak, tasawuf dan lain-lain.Kehadiran media sosial telah berhasil memberikan warna baru dalam setiap aspek kehidupan umat manusia. Berkaitan dengan perkembangan hadis, banyak materi-materi hadis Nabi sudah bertebaran di media sosial. Hadis sebagai salah satu sumber ajaran Islam mudah ditemukan baik dalam bentuk e-book maupun aplikasi, sehingga para pengguna dapat mencari hadis lewat aplikasi tersebut.
Hadirnya teknologi bukan persoalan siap atau tidak, namun sudah merupakan konsekuensi yang harus disikapi dengan baik dan bijak. Teknologi akan terus bergerak ibarat arus laut yang terus berjalan ditengah-tengah kehidupan umat manusia. Untuk itu, manusia harus mampu menguasai dan mengendalikan teknologi sehingga membawa manfaat bagi kehidupannya. Dunia media digital ibarat mengarungi suatu lautan literasi baru. Era multimedia membuat informasi mengalir dengan sangat cepat, dan proses penyampaian informasi dalam hitungan menit bahkan detik langsung bisa diterima.
Teknologi merupakan produk manusia dan hadirnya teknologi telah mengubah budaya dan gaya hidup agraris menjadi serba smart (cerdas). Teknologi mampu meminimalisir interaksi langsung antar sesama. Mengubah cara pandang terhadap cosmos yang semakin meminimalisir hal-hal yang dulu dianggap misteri. Revolusi digital yang ditandai fusi teknologi menjadikan kaburnya batas-batas wilayah antara hal-hal yang bersifat fisik, digital dan biologis (Istianah and Wahyuningsih, 2019, p. 29).
Perkembangan teknologi yang sangat cepat sehingga dapat memudahkan dalam melancarkan arus informasi. Informasi yang cepat menjadikan batas antar negara seakan tidak ada, suara dan gambar bisa ditransfer dalam hitungan detik. Oleh karena itu, dalam mengahadapi era teknologi yang cepat, manusia sebagai penggunanya harus mampu mengendalikan teknologi danmampu memfilter setiap informasi yang ia terima, apakah informasi itu benar (valid) atau hoaks. Dalam konteks komunikasi global di internet, di mana semua pengguna bisa menjadi reporter, jurnalis, atau penerbit (jurnalis warga).
Pesatnya teknologi telah membawa manusia lekat dengan media sosial, seperti: Facebook, WhatsApp, Instagram dan lain-lainnya. Media sosial mampu mengakomodir beragam ekspresi keberagamaan tanpa dibatasi oleh jarak, ruang dan waktu. Salah satu contohnya adalah munculnya komunitas seperti ODOJ (One Day One Juz) dengan menggunkan WhatsApp.Kamunitas ODOJ tetap tersambung dengan para anggotanya seolah tanpa ada jarak bahkan dalam satu grup ODOJ belum pernah bertemu namun bisa akrab setiap hari melaporkan tilawah. Hal ini sebagai bukti bahwa keberagamaan di era digital sangat dekat dengan media sosial.Aktifitas keagamaan era disrupsi semakin identik dengan media sosial, seperti aktivitas posting status materi keagamaan dari yang berbentuk teks tertulis, visual hingga audio visual melalui WhatsApp dan lainnya.
Perkembangan teknologi yang sangat pesat tidak perlu dijauhi atau dihindari. Kehadiran teknologi telah membawa perubahan yang sangat besar dalam segala aspek kehidupan umat manusia. Oleh karena itu, kehadiran teknologi harus bisa dimanfaatkan sebaik mungkin dan dijadikan sebagai alat untuk menebarkan kebaikan. Berkaitan dengan perkembanan hadis di era disrupsi, kehadiran internet atau media sosialtelah menjadi sumber dalam belajar agama. Banyak sistus-situs yang telah menyajikan meteri tentang hadis. Hadis Nabi muncul di media sosial bisa dalam bentuk, digital, video, meme atau gambar yang merupakan bentuk visualisasi hadis bisa dijumpai di media sosial, seperti: Facebook, WhatsApp, Instagram, Blog, Twitter dan lain-lain. Berbagai aplikasi yang ada di media sosial juga dijadikan sebagai sarana baru dalam berdakwah.Bahkan media sosial menjadi sarana da’wah yang efisien karena bisa siaran langsung dan langsung bisa diakses sekaligus ditonton oleh jutaan orang. Banyak materi-materi tentang hadis dalam bentuk meme bertebaran di media sosial yang biasanya diposting dan dijadikan status WhatsApp. Meme hadis biasanya dipaparkan dengan singkat namun sarat dengan makna.
Perkembangan hadis di era disrupsi bisa eksis di media sosial sebagaimana ia juga eksis di dunia nyata. Berbagai aplikasi telah disajikan dengan kemasan menarik sehingga problem hadis yang tadinya dilakukan secara manual dengan harus membuka kitab-kitab hadis yang berjilid-jilid, kini telah hadir aplikasi hadis sehingga memudahkan bagi pengguna dalam mencari hadis yang diinginkan, bahkan di dalam aplikasi tersebut juga terdapat konten-konten seperti sanad, matan dan kritik terhadapnya.
Digitalisasi kitab-kitab hadis sudah disajikan tinggal diinstal dan pengguna bisa langsung mengaksesnya.Namun di balik kemudahannya itu harus hati-hati dalam mengutip, menyadurnya dengan mengedepankan validitasnya sumbernya. Demikian pula dari pihak yang memproduksi kitab-kitab hadis dalam format digital agar terjamin validitasnya. Keberadaan perpustakaan digital mendapat apresiasi bagi semua kalangan terutama bagi kalangan akademisi, sebab sangat membantu dalam mencari referenasi terkait hadis-hadis yang dibutuhkan. Hadirnya teknologi banyak memberikan kemudahan dalam menjalankan segala aktivitas manusia. Revolusi digital yang ditandai fusi teknologi menjadikan kaburnya batas-batas wilayah antara hal-hal yang bersifat fisik, digital dan biologis. Oleh karena itu, penguasaan teknologi menjadi sebuah kebutuhan, baik dalam hal instalisasi dan operasional.