IMAN DAN KEHIDUPAN SOSIAL
Diakui atau tidak persoalan iman nampaknya dipahami hanya berhenti pada ranah teologis (Rukun Iman yang enam) Hampir-hampir umat Islam terfokus pada kajian iman dalam pengertian yang terbatas, parsial dengan melihat aspek iman hanya persoalan teologis kepada Allah, Rasul, kitab-kitab, malaikat, hari kiamat dan takdir. Padahal al-Qur’an mulia dan hadis-hadis tentang iman menyatakan secara tegas bahwa iman selalu dikaitkan dengan amal saleh dan akhlak. Rasulullah mengajarkan keimanan secara totalitas; dengan hati, lisan, dan perbuatan. Artinya kepercayaan dan keyakinan kepada Allah Swt harus dibarengi dengan perbuatan-perbuatan yang baik (amal shalih) dalam setiap kesempatan dan di manapun berada. Iman dalam konteks kehidupan sosial sebagaimana yang terekam dalam literature hadits memiliki jangkauan yang luas dan ruang lingkup yang tak terbatas. Ini tersirat dari informasi hadits bahwa iman memiliki 63 atau 73 lebih bagian (cabang). Dapat dikatakan bahwa iman meliputi seluruh dimensi kehidupan manusia. Akan tetapi walaupun segi-segi sosial kemanusiaan yang berhubungan dengan iman cukup luas jangkauan dan ruang lingkupnya, namun berdasarkan literature-literatur hadits yang merekam operasional dalam aktivitas sosial Rasulullah dapat dirumuskan nilai-nilai esensial dan universal sehingga memungkinkan untuk dimanifestasikan dalam konteks kekinian.